PERIODE PENAKLUKAN ASYUR SAMPAI
DENGAN MASA YOSIA
Israel Utara dihancurkan oleh Asyur
Banyak raja ingin berkuasa setelah terpecahnya
kerajaan Israel, lima dari raja Israel yang terakhir, tiga orang mati dibunuh. Israel
diperintah oleh Dinasti Yehu hampir selama satu abad pada tahun 842-745 SM. Setelah
kematian Yerobeam II pada tahun 746 SM kerajaan Israel mengalami kemunduran
yang hebat. Dinasti Yehu digantikan oleh anaknya yan bernama Zakaria. Tetapi,
Zakaria dibunuh oleh Shallum, kemudian Shallumlah yang memerintah Israel.
Namun Shallum memerintah
hanya satu bulan, kemudian ia dibunuh oleh Menahem. Sehingga Israel benar-benar
mengalami kekacauan total, baik dalam politik, sosial maupun agama. Oleh karena
keadaan itu, yang menjadi latar belakang nabi Hosea. Kemunduran
Israel juga berketepatan dengan kembalinya Assyria ke Syria dan Palestina.
Assyria datang dengan semangat dan strategi baru.
Strategi baru tersebut
adalah Assyria bukan hanya sekedar menakhlukkan negara-negara kecil, melainkan
akan menduduki negara yang ditakhlukkannya dengan cara bertempat tinggal tetap.
Yang mempunyai strategi baru itu adalah raja Tiglat-Pileser III. Pada masa
pemerintahan Menahem pada tahun 745-738 SM, Tiglat-Pileser III menyerbu Syria
dan kota-kota pantai Funisia. Serta menggabungkan beberapa wilayah
takhlukkannya dibawah pemerintahannya. Menahem dapat luput dari serbuan
Tiglat-Pileser III karena ia membayar upeti kepada Asyria. Meskipun seperti
itu, kekuasaan Assyria tetap diakui dan akan dilestarikan oleh Tiglat-Pileser
III.
Batas kerajaan Assyria
dibuat sangat dekat dengan Israel, sehigga Assyria bisa langsung mengawasi
segala gerak-gerik Israel. Assyria tidak akan membiarkan hal-hal yang dapat
mengurangi kesetiaan Israel kepada Assyria. Meskipun demikian, harapan Israel
untuk menahan kekuasaan Assyria belum hilang. Jadi dapat dikatakan, Israel mempunyai
harapan untuk menguasai Assyria. Tetapi, Assyrialah yang menguasai Israel.
Beberapa tahun kemudian,
Menahem mempunyai seorang pengganti yang bernama Pekah dan membentuk suatu
front anti Assyria bersama Rezin, raja Syria. Raja Yotam dari Yehuda diundang
juga untuk bergabung dan memperkuat front yang telah dibentuk oleh Pekah dan
Rezin. Namun, Yotam menolak sehingga Pekah dan Rezin bertindak memaksa Yotam
untuk bergabung dalam front tersebut. Sementara itu, Yotam telah diganti oleh anaknya, Ahaz. Sehingga
Ahazlah yang menghadapi serangan serempak dari Israel dan Syria.
Bersama dengan keadaan itu,
Edom di selatan mulai memberontak terhadap Yehuda. Oleh karena itu, Ahaz
benar-benar dalam keadaan terjepit. Saat itu, nabi Yesaya yang memperingatkan
Ahaz agar tidak meminta bantuan kepada raja-raja lain. Meskipun Ahaz menghadapi
keadaan yang sulit, Yesaya menyarankan Ahaz agar meminta pertolongan kepada
Allah saja. Tetapi Ahaz tidak memperdulikan peringatan itu, melainkan ia
meminta bantuan kepada Assyria.
Pertolongan dari Assyria
memang datang dan Yehuda yang dibawah pemerintahan Ahaz benar-benar terhindar
dari tekanan Israel, Syria dan Edom. Namun tindakan Ahaz itu ternyata adalah
penyerahan diri kepada kepada Assyria. Atas permintaan Ahaz, maka
Tiglat-Pileser III menyerang Damaskus atau Syria dan Israel. Syria dibinasakan
pada tahun 732 SM dan sebagian besar wilayah Israel dikuasai langsung oleh
Assyria. Antara konsekuensi Kebijakan Ahaz tidak paling-derajat relatif
domain agama.
Dalam
kebijakan Timur pengajuan biasanya dilakukan dengan pengakuan dewa tertinggi,
tidak, tentu saja, menggantikan agama-agama asli, tapi tinggal bersama mereka. Ini
mungkin menjelaskan inovasi bahwa Ajaz memasuki Bait Allah di Yerusalem. Kita
diberitahu bahwa ia dipaksa untuk muncul sebelum Tiglath-pileser di ibukota
provinsi baru Damaskus untuk taat dan tampaknya, untuk membayar upeti kepada
dewa Asyur di altar.
Pada saat itu, raja Pekah dibunuh oleh Hosea (bukan Nabi Hosea). Sehingga
Hosealah yang menjadi raja dan menyerahkan diri kepada Assyria.
Sargon II (722-705
SM)
Assyria mengizinkan Hosea
memerintah wilayah yang tersisa dengan kedudukan sebagai vasal. Israel masih
melanjutkan politiknya yang membahayakan. Beberapa tahun setelah Hosea menjadi
vassal di Assyria ada pergantian raja. Shalmaneser V naik tahtah utnuk
menggantikan raja di Assyria, yaitu Tiglat-Pileser III. Setelah Shalmaneser V
memerintah pada tahun 727-722, Hosea di Israel menghentikan pemberian upetinya
pada Assyria.
Hosea membuat perjanjian
dengan ‘So raja Mesir’. Seluruh kerajaan Mesir pada saat itu mengalami
kekacauan yang bersifat anarkis, dan So merupakan salah satu dari orang-orang
kuat Mesir yang berhasil menguasai sebagian dari wilayah Mesir. Perjanjian
seperti itu sangat tidak berarti bagi Assyria yang begitu kuat. Raja Shalmaneser
bergerak dan pada tahun 724 SM, kota Samaria yang Ibukotanya Israel
dikepungnya.
Ketika pagar itu sudah maju, Shalmaneser
meninggal dan Sargon II pada tahun 722-705 S.M. mencengkeram kota dibawah pemerintahan Sargon I. Samaria juga mengalami
kejatuhan. Sargon dengan melanjutkan kebiijaksanaan Tiglat-Pileser dahulu. Maka
Sargon pun memindahkan orang-orang yang ditaklukkanya ke negara lain. Termasuk
orang-orang Israel dibuang ke negara-negara lain dan orang-orang lain
ditempatkannya di Israel. Kita tidak tahu nasib Samaria.
Selama tahun orang-orang yang menetap di sana telah dideportasi ke Babel, Hamat,
dan di tempat lain. Asing
ini membawa kebiasaan mereka sendiri dan agama dan, dibawa ke sana bersama
dengan kemudian dicampur dengan penduduk Yahudi yang masih hidup. Kemudian menemukan keturunan di
Samaria.
Kerajaan
Yehuda
Setelah
hancurnya Israel, kerajaan Yehuda pun berdiri sendiri. Kuasa Assyria mencekam seluruh
wilayah kecil yang ada di sekitar Kanaan. Pada saat itu, kebijaksanaan yang
dilaksanakan oleh kerajaan Yahuda bersifat pasang surut. Namun, politik luar
negeri Yehuda selalu berhubungan erat dengan kebijaksanaan keagamaannya. Kuasa
politik Assyria memberlakukan penyembahan dewa-dewa Assyria disamping
penyembahan kepada Yahwe.
Oleh
karena itu, merosotlah kehidupan moral dan keadilan sosial di kerajaan Yehuda.
Yehuda memberontak Assyria dengan kesekian kalinya, pemberontakan selalu
disertai adanya kebanggaan nasional yang pada gilirannya menjurus ke
pembaharuan keagaamaan serta
memperlakukan keadilan social yang lebih nyata dan merata. Raja Ahaz meminta
perlindungan kepada Assyria dan menyatakan kesetiaannya kepada raja Assyria
sepanjang hidupnya. Sehingga, konsekuensinya, Raja Ahaz dipaksa untuk membawa
praktek-praktek agama Assyria kedalam Bait Allah kedalam Yerusalem. Pada tahun
715-687, raja Ahaz digantikan oleh anaknya yang bernama Hizkia. Raja Hizkia
dapat melihat adanya tanda-tanda kemunduran kerajaan Assyria.
Reformasi
Hizkia dan Sanherib
Dari
runtuhnya kerajaan Israel tidak hilang dari ingatan Hiskia yang menjadi raja
pada waktu bersamaan dengan Ahas, kira-kira pada tahun 729 SM atas dorongan
nabi Yesaya kepada nabi Hizkia untuk mengupayakan dua hal yang patut dihargai.
Dua hal upaya yang disarankan oleh nabi Yesaya adalah:
1.
Mematahkan
dominasi Asyur di barat
2.
Membersihkan
agama Yehuda dengna menghapuskan mezbah serta kuil-kuil Kanaan dan Mesir.
Kedua tugas ini saling berhubungan.
Pertentangan Asyur dengan
Negara-negara tetangga disebelah utara khususnya Armenia (Urartu) membuat
Sargon tetap sibuk dalam negeri. Selama hamper satu dasawarsa yaitu pada tahun
720-711. Pada saat itu Mesir harus menghadapi serbuan Nubia dibawah pimpinan
Piankhi yang mendominasi lembah Nil serta membangun Dinasti XXVdari Nubia. Oleh
karena itu, Hizkia memanfaatkan keadaan itu.
Untuk melepaskan diri dari
Niniwe dan menunggu saat yang tepat untuk memberontak. Hizkia memberontak
kepada raja Asyur dan tidak takluk lagi kepadanya. Ketika Hizkia bergabung
dengan Asdod, kota Filistin dan kerajaan Edom serta Moab utuk memberontak
terhadap Sargon dari Asyur. Dinasti Nubia dari Mesir memberikan janji untuk
memberikan pertolongan. Akan tetapi, pemerintahan mereka sendiri masih belum
kokoh.
Sargon dengan mudah
memadamkan pemberontakan yang dilakukan dengan Hizkia dan menunjuk seorang
gubernur Asyur di Asdod. Pemberontakan Hizkia pecah ketika Sargon meninggal
pada tahun 705 SM dan Sanherib, putranya naik takhtah. Peralihan kekuasaan itu
memberikan kesempatan baik bagi bangsa-bangsa takhlukan untuk membebaskan diri.
Hizkia
tidak hanya sendiri dalam keinginan
untuk memberontak. Oleh karena itu nabi Yesaya menjadi khawatir sebab ia sadar bahwa
masalah-masalah Yehuda tidak dapat diselesaikan dengan memberontak terhadap
Asyur. Apabila Hizkia memberontak terhdap Asyur, berarti Hizkia kalah dalam 2
segi, yaitu:
1.
Yehuda
akan menghadapi penyerbuan Asyur
2.
Kepercayaan
kepada Tuhan akan dikompromikan lagi dengan pengarus mesir dan sekutu-sekutu
lainnya yang menyembah berhala.
Dari Merodakh-Baladan datang ke Yerusalem yang
dilatarbelakangi dengan alasan Hizkia. Oleh karena kedatangan tersebut HIzkia membuat
sekutu yang gigih untuk menentang Sanherib. Pada waktu Hizkia menunjukkan
kekayaan kerajaannya serta persediaan dan peralatan militernya kepada Babel
yang telah lama tunduk kepada Hizkia. Nabi Yesaya pun menggunakan kesempatan
itu untuk menyampaikan nubuat yang dahsyat. Nubuat
Yesaya adalah persekutuan Hizkia dengan Babel akan menjadi jebakan yang
menangkap pemburu dan bukan menangkap burung yang dicarinya. Arti dari nubuat
itu adalah ketrunan Hizkia yang akan menjadi orang pertama masuk ke dalam
jeratan itu. Satu abad kemudian, nubuat Yesaya menjadi kenyataan.
Pada saat
tentara Babel memerangi Yehuda dan Negara-negara tetangganya sebanyak tiga
kali. Akibat dari serangan tersebut tembok-tembok Yerusalem runtuh dan
pemeritahan anak-anak Hizkia berakhir secara menyedihkan. Sikap Hizkia
menentang terhadap nabi Yesaya. Hizkia tidak luput dari perhatian Sanherib yang
memperkuat sumber daya Negaranya untuk bergerak memerangi musuh-musuhnya. Pada
tahun 703 Hizkia berhasil mengalahkan Merodakh-Baladan dan mengangkat seorang
putera Asyur atas tahtah Babel. Setelah itu Hiskia bergerak kearah barat,
menindas pemberontakan pantai Tirus, Yope dan Askelon. Didekat Ekron Hizkia
mengalahkan tentara Mesir.
Kemudian
Sanherib berpaling ke Yehuda oleh karena itu rasa khawatir Yesaya semakin kuat
akan datangnya bencana. Pada tahun ke 14 pada zaman Raja Hizkia, sanherib
sebagai raja Asyur menyerang semua kota berkubu negeri Yehuda kemudian
merebutnya.
Oleh karena itu, raja Hizkia
segera membentuk koalisi dengan negara-negara kecil tetangganya dan berusaha
membebaskan diri dari cengkraman Assyria. Raja Ahaz pun memulai mengadakan
reformasi agama, yaitu membersihkan bait-bait Allah dari semua macam
penyembahan asing. Namun pemberontakan Hizkia segera dipadamkan oleh raja
Sanherib dari Assyria. Raja Hizkia mati dan masa penindasan Assyria terhadap
Yehuda semakin hebat. Penindasan Assyria terhadap Yehuda berlangsung selama 47
tahun.
Antara
kematian Hizkia dan kejatuhan terakhir Yerusalem di bawah Babel pada tahun 687-587. Jarang suatu bangsa mengalami begitu banyak hal yang dramatis dan perubahan
keberuntungan dalam waktu sesingkat itu.
Sanherib
dibunuh oleh beberapa anak-anak
mereka dan digantikan oleh Esarhaddon (681-699), sebuah anak muda, yang
ternyata penguasa yang sangat kuat.
Pemerintahan
Manasye
Pada saat itu, kerajaan
Assyria bernama Essarhadon pada tahun 681-689 dan raja Asyurbanipal pada tahun
669-631. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa saat berlangsungnya masa penindasan
Assyria terhadap Yehuda, ada 2 raja yang memerintah di kerajaan Assyria. Yehuda
di tengah ketujuh abad, seperti yang telah kita katakan, Hizkia perjuangan
kemerdekaan telah gagal. Kemungkinan bahwa hanya kematiannya menyelamatkannya
dari pembalasan dari Seuaqucrib parah. Putranya Manasye, yang naik tahta
sebagai seorang anak laki-laki,
meninggalkan
perlawanan dan menyatakan pengikut setia Asyur.
Pada tahun 687-642, Yehuda
diperintah oleh anak Hizkia yang bernama Manasye. Secara
manusiawi, Manasye saja tidak punya pilihan. Pada kuartal kedua abad ketujuh
kerajaan Asyur mencapai dimensi terbesar, dan karena telah menolak telah
sia-sia dan bunuh diri.
Raja Yehuda ini (Manasye) merupalkan raja yang paling lama memerintah.
Pemerintahanya mencapai 50 tahun yaitu pada tahun 696-642 S.M. manasye dapat
dikatakan bersikap tolak belakang terhadap Hiskia. Dimna Hiskia menentang Asyur
akan tetapi Manasyeb malah bekerjasama dengan Asyur. Manasye kembali membuat
bukit pengorbanan, oleh Salomo. Manasye juga pernah mengurbankan anaknya
sendiri. Hal itu menentang agama yang telah direformasikan oleh hizkia ayahnya.
Ada dua hal tindakana yang mengerikan pada saat pemerintahan Manasye yaitu:
* Manasye
menyesatkan bangsanya sehingga mereka melakukan ha yang lebih jahat lagi dari
pada bangsa-bangsa yang telah dipunahkan oleh Allah
* Manasye
mencurahkan darah orang yang tidak berdosa yang begitu banyakn jumlahnya hingga
dipenuhinya Yerusalem dari ujung ke ujung.
Tindakan manasye ini membuat dia harus berselisish
dengan para nabi. Kemudian Manasye digantikan oleh cucu Hizkia yang bernama
Amon dan Amon memerintah selama 2 tahun, pada tahun 642-640. Pemerintahan
Amon ini berlangsung sangat pendek dan tragis. Amon khsusnya dikecam karena penyembahan berhala.
Pada saat itulah, Assyria menjajajah Yehuda, sehingga
Amonlah yang menanggung beban penjajahan Assyria. Oleh karena keadaan seperti
itu, agama Israel pun sangat buruk.
Bukan hanya Israel yang mengalami
penindasan, kerajaan Yehuda juga. Tetapi perbedaan dari penindasan tersebut
adalah Yehuda ditindas oleh raja-rajanya sendiri. Penindasan yang dialami oleh
Yehuda sama hebatnya kalau Yehuda diperintah langsung oleh penguasa Assyria. Kemudian
raja Amon digantikan anaknya yang bernama Yosia.
Pemerintahan Yosia
Pada tahun 640-609 Yosia memerintah Yehuda. Yosia memerintah
selama 31 tahun. Pemerintahan Yosia sangat berbeda dari pemerintahan raja Amon
dan Manasye.
Pemerintahan Yosia
menyerupai pemerintahan kakeknya dahulu, yaitu Hizkia. Pemerintahan Yosia
sangat menekankan kemerdekaan dan kebebasan politik Yehuda seperti yang
dilakukan oleh Hizkia, kakeknya. Penekanan yang dilakukan oleh Yosia itu benar-benar
menjadi kenyataan Mesir.
Raja
Asyurbanipal Yang Terakhir Meninggal
Pada tahun 631 SM, raja
Assyria yang bernama Asyurbanipal meninggal. Dimana Assyria memerintah pada
tahun 669-631 SM. Oleh karena raja Assyria meninggal dominasi Assyria yang
cukup lama itu pun berakhir. Ada 2 raja pengganti raja Asyurbanipal tetapi
tidak memiliki kemampuan dan kecakapan seperti raja-raja yang terdahulu. Oleh
karena itu, tidak dapat lagi dielakkan keruntuhan Assyria.
Ada 2 kota utama Assyria,
yaitu Asyur dan Niniwe. Dua kota utama itu jatuh ke tangan koalisi Babel dan
Medes. Dua kota utama itu jatuh pada tahun 614 dan 612. Pertahanan Assyria di
Haran pun jatuh pada tahun 609. Oleh karena itu, kerajaan Assyria yang
dahulunya jaya raya musnah.
Sebelum Assyria jatuh, Yosia
memanfaatkan kelemahan Assyria. Yosia tidak hanya mengembalikan kemerdekaan
Yehuda tetapi merebut kembali beberapa wilayahnya yang telah hilang. Yosia
seorang raja yang takut akan Tuhan dan mengarahkan kebijaksanaan negaranya
untuk memberlakukan hokum-hukum Allah. Yosia juga mengarahkan reformasi agama
secara nasional. Yosia melakukan hal seperti itu karena awalnya ia menemukan
sebuah hukum Allah di gudang bait Allah.
Reformasi
Yosia
Reformasi yang dilaksanakan
oleh Yosia tersebut sangat luas dan lebih menyeluruh. Reformasinya masih lebih
baik daripada reformasi yang dilakukan oleh kakeknya Yosia, Hizkia. Yosia bukan
hanya sekedar membersihkan bait Allah dari penyembahan asing dan secara penuh
mengembalikan penyembahan secara murni kepada Allah dalam reformasi agamanya
itu. Melainkan reformasi tersebut mengadakan pembatasan, bahwa ibadah
persembahan korban hanya harus dilakukan di satu tempat saja yaitu di bait
Allah di Yerusalem. Semua tempat ibadah dan tempat persembahan korban selain
bait Allah di Yerusalem, semuanya dihancurkan.
Oleh karena itu hanya satu
tempat ibadah dan tempat persembahan korban yaitu bait Allah di Yerusalem. Kemudian
kehidupan nasional bangsa Yehuda dubangun kembali dan disesuaikan dengan
tradisi Israel kuno. Nabi Yeremia pun menganggap bahwa raja Yosia merupakan
seorang raja yang melakukan keadilan dan kebenaran, serta mengadili perkara
orang sengsara dan orang miskin dengan adil. Reformasi agama yang dilakukan
oleh Yosia ternyata salah satu peristiwa keagamaan yang penting. Dasar-dasar
yang dipakai dalam reformasi disimpan dan kemudian dikembangkan oleh kelompok
Deuteronomis.
Kelompok Deuteronomis adalah
kelompok pemikir agama Israel yang muncul pada abad ke-8 SM dan selalu bekerja
sampai dengan masa pembuangan Babil. Namun demikian keberhasilan reformasi
tersebut hanya bergantung pada orang yang memimpinnya yaitu Yosiah sendiri.
Oleh karena itu reformasi yang di lakukan oleh Yosia pun berhenti saat Yosia
meninggal.