Kamis, 06 Desember 2012

AGAMA PERJANJIAN LAMA



AGAMA PERJANJIAN LAMA
Perjanjian Lama ditulis selama suatu periode yang panjang, yaitu 3.000 sampai 2.000 tahun yang lalu di dunia Asia Barat Daya kuno, di tengah kebudayaan Semit. Misalnya,ada nabi-nabi yang berdebat tentang apakah yang menjadi kehendak Tuhan (bdk. Persegketaan antara Yeremia dengan Hananya pada tahun 593 SM, atau antara Elia dengan Ahab pada tahun 860 SM). Contohnya oleh S. H. Hooke yang menolak istilah-istilah seperti “agama israel”, Yahwisme yang sejati”, atau “agama Perjanjian Lama” dengan alasan bahwa itu terlalu tidak jelas.[1] Ada berbagai bentuk agama-agama dalam Perjanjian Lama, yaitu:
1.      Agama Para Bapa Leluhur
Kemungkinan hanya sedikit para bapa leluhur yang menyembah Yahweh. Ada yang mengatakan bahwa yang menjadi pelopor ibadat Yahwisme adalah Musa. Dengan kata lain para bapa leluhur belum mengenal Tuhan. Ada juga yang mengatakan bahwa ibadat Yahwisme dikaitkan dengan asal mula bangsa manusia. Tetapi orang Israel membenarkan peyembahan terhadap Yahweh karena mereka membayangkan nenek moyang mereka sendiri sebagai penyembah Yahweh. Dalam suatu proses mereka mengidentikkan ilah-ilah zaman para bapa leluhur dengan Yahweh.[2] Perjanjian lama dapat menggunakan berbagai nama untuk Allah.  Misalnya Yahweh yang diidentikkan dengan El-Syadai atau El-Elyon atau Eloah.[3]
Allah tidak dapat digambarkan manusia. Oleh karena itu, dosa terberat di Israel ialah mengakui adanya Ilah lain selain Yahweh dan membuat patung menjadi gambar Yahweh.[4] Tentang kehidupan keagamaan dan ibadat bapa-bapa leluhur, Alkitab hanya memberikan sedikit keterangan, bahwa mereka berdoa dengan cara bersujud (adat di Timur Tengah). Mereka membuat mezbah dan mengadakan persembahan-persembahan, tetapi tidak pada tempat yang khusus dan tanpa imam yang resmi. Ibadat bukanlah  soal upacara dan ritus yang tepat tetapi soal hubungan antara Allah dan manusia.[5]
Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa agama yang diterima Abraham dari leluhurnya bersifat polities. Ada dikatakan bahwa dahulu kala diseberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu yakni Terah, ayah Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. ( bdk.Yosua 24:2).[6]
Dalam riwayat para Bapa Leluhur secara keseluruhan, yang ditekankan dalam hal ibadat bukanlah upacara-upacara dan ritus-ritus yang mereka langsungkan, melainkan hubungan pribadi mereka dengan Allah. Maka didalamnya terdapat unsur pertemuan.[7]

2.      Agama suku-suku Ibrani kuno yang menetap di Kanaan dan yang menganut agama yang merupakan campuran antara agama para bapa leluhur dan  agama kaum Kaanani
Adanya yang membuktikan bahwa para bapak leluhur termasuk golongan politeis dan bahwa mereka mengambil alih cara beribadat dari dunia sekitar mereka. Toussaint berpendapat bahwa para bapak leluhur menyembah ilah-ilah yang mereka bawa dari Haran, dan ditambah lagi ilah dari Kanaan. Hanya sedikit kemungkinan bahwa  bapa leluhur menyembah ilah-ilah Haran dan mereka sukar menerima ibadat kanaani. Albright mengatakan bahwa taraf ibadat Kanaani itu sangat rendah. Mitologinya [8]

3.      Agama kaum Israel yang mengalami Keluaran dari Mesir dan pengembaraan di padang belantara.[9]
Ciri khas agama Israel dapat dirangkumkan dalam satu kata, yaitu nama “Yahweh”. Kata “Yahweh”  menjadi nada utama dalam pelukisan agama Israel sepanjang Alkitab. Diperkirakan nama Yahweh dipakai lebih dari 6.000 kali (bdk. Dengan istilah umum untuk Allah, yaitu Elohim yang terdapat hanya 2.500 kali), bahkan dalam naskah pra-pembuangan sekalipun. [10]

Agama-Agama Asia Barat Daya Kuno
Agama-Agama Asia Barat Daya Kuno, antara lain :
·         Agama Babel
Menurut pandangan Babel, dunia merupakan hasil pertentangan antara kuasa-kuasa khaos dengan kuasa-kuasa ketertiban.[11]

·         Agama di Fenisia-Kanaan
Ciri-cirinya ialah:
ü  Kecenderungan untuk menonjolkan ilah-ilah tertentu
ü  Hubungan dengan agama kuno dari padang gurun Arabia utara
Bahan literatur tentang agama Fenesia-Kanaan sangat kurang dibandingkan dengan agama Mesir dan agama Mesopotamia. Beberapa sumber Yunani yang dapat membantu, yaitu naskah-naskah al-Amarna dan sejak tahun 1929 ada inskripsi dari Ras Syamra, arsip-arsip dari istana Ugarit (di pantai Siria Utara) yang berasal dari periode pra-Israeli, sekitar tahun 1400 SM.[12]
Arsip-arsip Ugarit juga sering menyebutkan adanya ilah laut, yaitu Yam. Yam digambarkan sebagai salah satu seteru Baal, sehingga ia termasuk ilah yang membahayakan hidup manusia. Dari Ugarit juga kita mendapat keterangan adanya upacara-upacara kultis, yaitu adanya penyembelihan domba dan kerbau, dan prasyarat bahwa binatang korban harus utuh dan “tanpa noda”. Pada masa raya bulan sabit, ada masa raya pembersihan yang mungkin merupakan paralel Kanaani dengan hari Pendamaian Besar dalam Perjanjian Lama.[13] Intinya, agama Fenisia-Kanaan tidak mengutamakan El, tetapi Baal dan Astarte.
·         Agama Aram
Agama kaum Aram lebih menonjolkan unsur-unsur yang berasal dari agama padang gurun (agama Arabia kuno) dibandingkan dengan bangsa-bangsa Semit Barat yang lain. Tidak ada data yang ditinggalkan oleh mereka, misalnya mengenai ritus-ritus, mazmur-mazmur atau mitos-mitos.

·         Agama Suku-suku Arabia
Dalam Agama suku-suku Arabia, Korban darah dipersembahkan kepada beberapa ilah tertentu, dan Sunat yang di praktekkan. Ada wilayah-wilayah yang dikenal sebagai tanah keramat dan dipakai sebagai tempat untuk menggembalakan unta yang dikhususkan untuk dewa.
Disamping itu ada juga batu-batu keramat dan benda-benda alamiah lain yang berperan dalam kultus, terutama pohon-pohon, sumber-sumber, dan beberapa tempat keramat yang biasa di pagari dengan benteng atau parit kecil yang dianggap bahwa itu didiami oleh ilah, sehingga menjadi lambang kehadiran ilah tersebut.


[1] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2009: hlm. 2.
[2] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, hlm. 3-4.
[3] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, hlm. 6.
[4] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, hlm. 69.
[5] W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2012: hlm. 162-163.
[6] W. S. Lasor, Pengantar Perjanjian Lama 1, hlm. 161.
[7] H. H. Rowley, Ibadat Israel Kuno, BPK Gunung Mulia, Jakarta 2011: hlm. 25.
[8] H. H. Rowley, Ibadat Israel Kuno, hlm. 7-8.
[9] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, hlm. 3.
[10] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, hlm. 5.
[11] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, hlm. 40.
[12] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, hlm. 43.
[13] C. Vriezen, Agama Israel Kuno, hlm. 45-47.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar