AGAMA PERJANJIAN LAMA
Perjanjian Lama ditulis selama suatu periode yang
panjang, yaitu 3.000 sampai 2.000 tahun yang lalu di dunia Asia Barat Daya
kuno, di tengah kebudayaan Semit. Misalnya,ada nabi-nabi yang berdebat tentang
apakah yang menjadi kehendak Tuhan (bdk. Persegketaan antara Yeremia dengan
Hananya pada tahun 593 SM, atau antara Elia dengan Ahab pada tahun 860 SM).
Contohnya oleh S. H. Hooke yang menolak istilah-istilah seperti “agama israel”,
Yahwisme yang sejati”, atau “agama Perjanjian Lama” dengan alasan bahwa itu
terlalu tidak jelas.[1] Ada
berbagai bentuk agama-agama dalam Perjanjian Lama, yaitu:
1.
Agama
Para Bapa Leluhur
Kemungkinan hanya sedikit para bapa leluhur yang
menyembah Yahweh. Ada yang mengatakan bahwa yang menjadi pelopor ibadat Yahwisme adalah Musa.
Dengan kata lain para bapa leluhur belum mengenal Tuhan. Ada juga yang
mengatakan bahwa ibadat Yahwisme
dikaitkan dengan asal mula bangsa manusia. Tetapi orang Israel membenarkan
peyembahan terhadap Yahweh
karena mereka membayangkan nenek moyang mereka sendiri sebagai penyembah Yahweh. Dalam suatu proses
mereka mengidentikkan ilah-ilah zaman para bapa leluhur dengan Yahweh.[2] Perjanjian lama dapat menggunakan berbagai nama untuk
Allah. Misalnya
Yahweh yang diidentikkan dengan El-Syadai atau El-Elyon atau Eloah.[3]
Allah tidak dapat digambarkan manusia. Oleh karena
itu, dosa terberat di Israel ialah mengakui adanya Ilah lain selain Yahweh dan
membuat patung menjadi gambar Yahweh.[4] Tentang
kehidupan keagamaan dan ibadat bapa-bapa leluhur, Alkitab hanya memberikan
sedikit keterangan, bahwa mereka berdoa dengan cara bersujud (adat di Timur
Tengah). Mereka membuat mezbah dan mengadakan persembahan-persembahan, tetapi
tidak pada tempat yang khusus dan tanpa imam yang resmi. Ibadat bukanlah soal upacara dan ritus yang tepat tetapi soal
hubungan antara Allah dan manusia.[5]
Alkitab dengan jelas menunjukkan bahwa agama yang
diterima Abraham dari leluhurnya bersifat polities. Ada dikatakan bahwa dahulu
kala diseberang sungai Efrat, di situlah diam nenek moyangmu yakni Terah, ayah
Abraham dan ayah Nahor, dan mereka beribadah kepada allah lain. ( bdk.Yosua
24:2).[6]
Dalam riwayat para Bapa Leluhur secara keseluruhan, yang
ditekankan dalam hal ibadat bukanlah upacara-upacara dan ritus-ritus yang
mereka langsungkan, melainkan hubungan pribadi mereka dengan Allah. Maka
didalamnya terdapat unsur pertemuan.[7]
2.
Agama
suku-suku Ibrani kuno yang menetap di Kanaan dan yang menganut agama yang
merupakan campuran antara agama para bapa leluhur dan agama kaum Kaanani
Adanya yang membuktikan bahwa para bapak leluhur
termasuk golongan politeis
dan bahwa mereka mengambil alih cara beribadat dari dunia sekitar mereka.
Toussaint berpendapat bahwa para bapak leluhur menyembah ilah-ilah yang mereka
bawa dari Haran, dan ditambah lagi ilah dari Kanaan. Hanya sedikit kemungkinan
bahwa bapa leluhur menyembah ilah-ilah
Haran dan mereka sukar menerima ibadat kanaani. Albright mengatakan bahwa taraf
ibadat Kanaani itu sangat
rendah. Mitologinya [8]
3.
Agama
kaum Israel yang mengalami Keluaran dari Mesir dan pengembaraan di padang
belantara.[9]
Ciri khas agama Israel dapat dirangkumkan dalam satu
kata, yaitu nama “Yahweh”. Kata “Yahweh”
menjadi nada utama dalam pelukisan agama Israel sepanjang Alkitab.
Diperkirakan nama Yahweh dipakai lebih dari 6.000 kali (bdk. Dengan istilah
umum untuk Allah, yaitu Elohim yang terdapat hanya 2.500 kali), bahkan dalam
naskah pra-pembuangan sekalipun. [10]
Agama-Agama
Asia Barat Daya Kuno
Agama-Agama Asia Barat Daya Kuno, antara lain :
·
Agama Babel
Menurut pandangan Babel, dunia merupakan hasil
pertentangan antara kuasa-kuasa khaos dengan kuasa-kuasa ketertiban.[11]
·
Agama di
Fenisia-Kanaan
Ciri-cirinya ialah:
ü Kecenderungan untuk menonjolkan ilah-ilah tertentu
ü Hubungan dengan agama kuno dari padang gurun Arabia utara
Bahan literatur
tentang agama Fenesia-Kanaan sangat kurang dibandingkan dengan agama Mesir dan
agama Mesopotamia. Beberapa sumber Yunani yang dapat membantu, yaitu
naskah-naskah al-Amarna dan sejak tahun 1929 ada inskripsi dari Ras Syamra,
arsip-arsip dari istana Ugarit (di pantai Siria Utara) yang berasal dari
periode pra-Israeli, sekitar tahun 1400 SM.[12]
Arsip-arsip Ugarit
juga sering menyebutkan adanya ilah laut, yaitu Yam. Yam digambarkan sebagai
salah satu seteru Baal, sehingga ia termasuk ilah yang membahayakan hidup
manusia. Dari Ugarit juga kita mendapat keterangan adanya upacara-upacara
kultis, yaitu adanya penyembelihan domba dan kerbau, dan prasyarat bahwa
binatang korban harus utuh dan “tanpa noda”. Pada masa raya bulan sabit, ada
masa raya pembersihan yang mungkin merupakan paralel Kanaani dengan hari
Pendamaian Besar dalam Perjanjian Lama.[13]
Intinya, agama Fenisia-Kanaan tidak mengutamakan El, tetapi Baal dan Astarte.
·
Agama Aram
Agama kaum Aram lebih
menonjolkan unsur-unsur yang berasal dari agama padang gurun (agama Arabia
kuno) dibandingkan dengan bangsa-bangsa Semit Barat yang lain. Tidak ada data
yang ditinggalkan oleh mereka, misalnya mengenai ritus-ritus, mazmur-mazmur
atau mitos-mitos.
·
Agama Suku-suku
Arabia
Dalam Agama
suku-suku Arabia, Korban darah dipersembahkan kepada beberapa ilah tertentu,
dan Sunat yang di praktekkan. Ada wilayah-wilayah yang dikenal sebagai tanah
keramat dan dipakai sebagai tempat untuk menggembalakan unta yang dikhususkan
untuk dewa.
Disamping itu ada
juga batu-batu keramat dan benda-benda alamiah lain yang berperan dalam kultus,
terutama pohon-pohon, sumber-sumber, dan beberapa tempat keramat yang biasa di
pagari dengan benteng atau parit kecil yang dianggap bahwa itu didiami oleh
ilah, sehingga menjadi lambang kehadiran ilah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar